Selasa, 11 Juni 2013

CERITA DARI NILAM



CERITA DARI NILAM 

               Dari awal ini salah, aku tahu benar dari awal ini salah. Tapi aku hanyalah seorang gadis labil dalam transisi dari remaja menjadi seorang wanita dewasa,aku suka mencoba,aku suka sesuatu yang menantang. Diusiaku yang baru menginjak kepala dua ini aku harus siap menjalani segala pelajaran hidup, salah satunya petualangan cinta. Namanya Pandu, dia kakak tingkatku dikampus, kami sudah hampir dua tahun menjalin kasih, aku biasa memanggilnya Kak Pandu. Kak Pandu adalah seorang yang lembut, dia sangat sayang padaku, selalu ada disaat aku butuh, selalu siap menjadi pengayomku, kekasih idaman yang selalu kuimpikan selama ini, perawakan dan tampilannya sangat indah, yah...bisa dikatakan pacarku ini tampan, hampir semua orang yang melihatnya setuju denganku dan mengatakan aku adalah perempuan paling beruntung. Otaknya pun cemerlang tak heran jika dia lulus dengan predikat cumlaude dua bulan lalu. Yah, dua bulan yang lalu Kak Pandu baru saja menyelesaikan kuliahnya. Selanjutnya dia bersiap kembali kedaerah asalnya di Surabaya, Perusahaan Keluarganya sudah menunggunya untuk memimpin, antara tangis dan tawa aku harus melepasnya meninggalkanku di Jakarta, sendirian.
“ sebenarnya aku nggak rela Kakak pergi,nanti Nilam gimana? Sebentar lagi Nilam skripsi, siapa yang bantuin Nilam Kak? Nilam Takut sendiri. “ Aku merengek didalam Taksi yang membawa kami melaju perlahan menuju Bandara,aku sendiri yang mengantar Kak Panduku pulang.
“ ya elah Nilam Kok jadi lebay sih, sebelum ada Kakak bukannya Nilam Juga bisa sendiri? “ balas Kak Pandu tenang namun entah kenapa kata-katanya itu justru menaikkan darahku.
“ Tapi sekarang beda Kak, dua tahun ini kan Nilam selalu bersama Kakak, apa aja berdua, sekarang..kakak..kak pandu pergi ninggalin Nilam “ Pecahlah tangisku
“ Astaga..Nilam,kakak kan nggak ninggalin kamu selamanya, kakak masih bisa main kejakarta jenguk kamu nanti, tiap saat kakak akan berusaha ada meskipun mungkin cuma ditelpon,Kakak juga nggak akan begitu saja melepas Nilam sendiri disini, masalah skripsi...nanti kakak pasti bantu, kalo perlu kakak langsung datang ke Jakarta buat kamu. “ Tegas Kak Pandu lagi.
“ kalo kakak kecantol cewek lain di Surabaya gimana??hik...hik..”
Kak Pandu merengkuhku dalam dekapannya lembut lalu berkata “ Petualangan cinta Kakak sudah selesai Nilam, Kakak memilih kamu bukan untuk menjadi sekedar pacar, tapi istri Kakak., Tolong, iklaskan Kakak pergi untuk menjemput kamu lagi, demi masa depan kita, demi mimpi kakak untuk memperistri kamu,  Percaya sama Kakak
Bulu kuduku berdiri mendengar ucapan Kak Pandu, tangisku makin menjadi, rasa haru, bahagia dan bangga memilikinya sebagai kekasihku. Rupanya selama ini dia serius menjalani hubungan kami, aku sungguh tidak salah memilih, rasanya makin tak rela kekasih impianku ini pergi, kalo saja sopir taksi itu dari tadi tidak melototin kami dari kaca spionnya, aku pasti sudah mendekap erat Kak Panduku. Dalam hati aku mengamini segala ucapannya.
               Ini adalah bulan ketiga sejak kepulangan Kak Pandu ke Surabaya, terbayang sudah, kuhabiskan waktu selama itu dengan mengurung diri dan menangis dikamar, sok tegar ketika Kak Pandu menelpon menanyakan keadaanku, tetap intens tak ada yang berubah dari cara kami berkomunikasi, bedanya, dia tidak lagi bisa kudekap. Huuuuu...uu...uuuu...sedih. Tanpa Kak Pandu sayapku bagai patah, yah jujur saja,selama ada dia, dialah yang siap menjadi kakiku kemanapun aku mau, seperti saat ini terasa benar, dikala aku sibuk sekali dengan skripsiku, harus mencari bahan kesana kemari. Tapi aku harus bisa tunjukan pada Kak Pandu kalo aku bisa, aku ingin membuatnya Bangga. Pagi ini harus bergegas kesalah satu toko buku di Salemba, info dari seorang teman ada literatur yang sedang aku butuhkan disana, maka berangkatlah aku, sendiri. Kak Pandu benar, sebelum dia hadir dalam hidupku aku bisa sendiri, jadi sekarang kenapa tidak?
Bis yang kutumpangi akhirnya membawaku sampai disalemba satu jam kemudian. Toko buku itu dengan mudah aku temukan, Tokonya tidak terlalu besar, disudut jalan dekat lampu merah, aku lalu melangkah masuk,si penjual menyambut ramah, aku berkeliling memperhatikan rak-rak buku yang tersusun rapi, dan yah itu dia buku yang selama ini kucari, secepat kilat aku menyambarnya.
BRUUUUUUUKKK.....
“ Aaaawwww...” aku memekik, kakiku tersandung bangku mungil, lalu menabrak rak buku dan karena kecerobohanku itu beberapa tumpukan buku justru jatuh menimpa kepalaku.
“ hahahahhahaa....” aku dengar seseorang menertawakan kekonyolanku itu, heeeemmhhh..kurang ajar ya, bukannya simpati malah menertawakanku, awas saja!
“ Hei..Mas..apa maksudnya ketawa-ketiwi, puas ya liat orang susah kena musibah!”
“weeeee...marah..ehk..itu namanya bukan musibah mbak,tapi sembarangan, dah tau ada bangku ditabrak juga, hahahahhahaa!” daia malah mengejek dan menertawakanku.
Darahku mendidih, aku tidak terima ditertawakan seperti ini, reflek aku mengambil sebuah buku penuh emosi  kulemparkan kearah lelaki tadi.
BAAAAAK...., lemparanku  mengenai pundaknya, dia mengaduh, aku sedikit kecewa targetku meleset, harusku kutimpuk tepat jidatnya sampe berdarah-darah dan diamputasi.
“ Ehkkk...mbaaaaak..., jangan sembarangan ya!” Lelaki tadi memekik, ekspresinya menunjukan kemarahan, dia jelas tidak menyangka aku bisa bertindak  senekat tadi. Sedetik kemudian sebuah buku melayang balik padaku,
Sial...lelaki tidak tau diri tadi membalas, secepat Edward Cullen aku menunduk, meleset tembakannya..hahahhahhaaa..spontan aku bersorak riang, sampai..seorang Satpam datang menghampiriku dan Lelaki tadi sibuk mengusap pundaknya.
“ Dia pak yang duluan nertawain saya!” belaku di pos Satpam, sudah hampir lima belas menit kami diintrogasi, kami saling  menyalahkan tak ada yang mau mengalah.
“ Tapi dia yang lempar saya sama buku duluan, Pak!” Balasnya
“ Lha..lu kan cowok, masa nggak malu, ngebales cewek?” Sahutku ketus
“ Emang lu cewek gitu, lu lebih mirip ondel-ondel!”
“ Hei...jaga ya mulut elo!” sengitku kesal.
“ Hei..sudah-sudah!” Lerai Pak Satpam
The end of the story akhirnya aku dan Lelaki menyebalkan tadi harus mengganti kerusakan buku yang kami buat, sebel-sebel-sebeeeeeeeeeeeeeel.
“ Apa loe liat-liat!” Aku menghardik sewot sesaat setelah keluar dari Toko buku
“ Awas ya, lu tunggu aja pembalasan guwe! “ ancam lelaki tadi.
“ oke guwe tunggu...!!! “ jawabku
“ Dasar nenek lampir! ” serunya sambil berlalu sembari mengacungkan jari tengahnya.
“ Loe tu Grandong!” teriakku, kuacungkan pula jari tengahku padanya tak mau kalah.
           Kejadian hari ini kutumpahkan semua pada Kak Panduku tersayang, Kak Pandu yang biasanya menanggapiku tenang entah kenapa kali ini menyiratkan bulir kecemasannya.
“ Tapi cowok itu ngancem kamu, Nilam Sayang..! “ seru Kak Pandu cemas diujung telpon.
“Tenang aja Kak, Nilam kan pernah ikutan tapak sakti merpati ijo,kalo dia berani macem-macem..weeeitss...Nilam libas, hahhhahaha .”
Benar, aku tidak takut,atau bahkan tidak peduli. Tapi ternyata kali ini aku salah total..aku salah, dugaanku meleset, karena pada suatu sore ditengah rintik hujan.
“ Nilam ada paket tu buat kamu, diruang tamu ya!” seru Linda kawan satu Kosku
Aku bergegas menuju ruang tamu penuh  penasaran, paket apa gerangan? Dari siapa? Ibukah? atau mungkin...Kak Pandu??
Sebuah Box terbungkus rapi terpampang diatas meja tamu, segera kupastikan, benar...tertulis namaku diatas Box, selanjutnya tentu saja, siapa pengirimnya..., tapi aneh...tak ada nama si Pengirim paket, aku makin penasaran, perlahan kubuka.
“ AAAAAAAAAARRRRRGGHHHHHHH......” aku berteriak sekencang-kencangnya, paket itu berisikan tikus-tikus kecil dan sesuku kecoa bauk.
Siaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaal...siapa ini berani mengerjaiku.
“ Kak Pandu mo ngerjain Nilam ya?” aku menuduh Kak Pandu beberapa saat setelah itu, aku memastikan kalau paket itu darinya, tapi Kak Pandu bersumpah-sumpah tidak melakukannya, dia malah jadi khawatir.
“ Apa Kakak perlu Ke Jakarta, Nil ?” kata Kak Pandu Cemas.
“ akh..ngapain?? nggak perlu Kak, ini pasti cuma orang iseng aja, sante aja!” jawabku
“ Tapi, Kakak khawatir.”
Heeemmhh...lalu kuyakinkan Kak Pandu, jika aku bisa menghadapi, aku bersikukuh  paket itu cuma  dari taman-teman Kampus yang sengaja iseng saja. Kak Pandu akhirnya menyerah, tapi dia masih terus mengingatkanku untuk berhati-hati.
             Sebenarnya dalam hati aku cukup was-was, aku tak henti bertanya-tanya siapa temanku yang iseng mengirimkan paket tikus dan kecoa ngeri itu, aku tanyai semua teman dekatku yang kurasa tersangkanya, tanpa terpikir sedikit pun pada Si lelaki Grandong yang bertemu ditoko buku beberapa waktu lalu, dan sekarang, dia sedang memandangiku dari sudut gerbang kampus sambil tersenyum licik penuh kemenangan. Haahk..ini dia ternyata pelakunya.
“ Heehkk..elu ya ternyata ! “ Aku bergegas menghampirinya, penuh amarah! Dan dia masih terduduk santai diatas motornya.
“ Halo nenek lampir, kita seri ya 1 – 1, hahahahahha!”
“ Nggak lucu tauk, apa sih maksud loe? “aku membentak emosi
“ Lha guwe kan bilang, tunggu pembalasan guwe...!” jawabnya santai, makin menyulut bara didarahku.
Ku kepalkan jemariku penuh emosi.
“ Eits...Sabar...sabar donk, Gue Raka, gue datang menawarkan perdamaian. “
aku masih memasang kuda-kuda waspada.
“ maksudnya ?’ aku menyrengitkan dahiku.
“ Yaaa... damai, PISSS!! Gak mau kan kita perang mulu ?”
Lelaki yang menyebut dirinya bernama Raka tadi mengulurkan tangannya padaku, seuntai senyum tersubgging dibibirnya, suatu perdamaian yang seharusnya tak pernah aku terima.
“ oke, kita damai !” sahutku kemudian, aku lalu tersentak, kenapa semudah itu aku menerima tawarannya tanpa berpikir panjang? Aduh!
“ ehmm...tapi kayanya kita butuh tempat buat menyepakati MOU damai kita deh, gimana ? Oke ? “ tawar lelaki itu lagi “ Yuk, naik, guwe tau tempat yang asik! “ lanjutnya.
Aku terdiam, aku bingung harus berkata apa, seperti terbius lagi-lagi aku menerima tawarannya dengan harapan  pertikaian tidak jelas ini berakhir sampai disini.
“oke,tapi lu jangan macem-macem ya, guwe megang sabuk item! “ aku mengultimatum
“ hahhahahhaa...sante aja buk, guwe juga bisa megang sabuk item,nih..liat sabuk guwe item!”
                        Sampailah kami disuatu tempat yang ditunjuk lelaki bernama Raka itu, kuakui dia memiliki selera yang bagus, Si Grandong itu lalu memilih tempat duduk dekat jendela, motor besarnya terlihat jelas dari balik Jendela kaca itu. Pelayan datang, dia memesan minuman duluan, lalu menawariku, aku masih terdiam memasang wajah tegang.
“ Tenang..guwe yang bayar, lu pilih aja, yang paling mahal kalo perlu!”
Uurrgh..lagi-lagi nih cowok nantang ya..belum tau siapa Nilam, masih mau main-main denganku rupanya, Oke..hemhm... dengan licik aku pesan saja minuman termahal dicafe itu plus makanan termahal, ekstra lima  paket take way yang paling mahal, Mampus Loe!
Pelayan mengulangi semua pesanan, lalu dia pergi sambil tersenyum ramah.
“ Sudah lama tinggal di Jakarta ?” Si Grandong membuka pertanyaannya.
“ Udah deh langsung aja, nggak usah sok ramah, mana MOU damai untuk ditandatangani! “ kataku ketus
“ weeeee...sabar dong neng, galak bener ya oloh kayak mak lampir! “
“ Hei...lu ya! “ timpalku kesal
“uuopps...sorry..sorry...oke-oke, kita kan ceritanya damai !” dia mengulurkan tangannya, aku menyrengit..lalu menyambut uluran itu tanpa pikir panjang lagi, aku masih tak habis pikir apa yang ada dibenak Lelaki ini, aku harus tetap waspada, siapa tau ternyata dia kriminil, sudah menyiapkan karung goni untuk menculikku lalu memenggal kepalaku...hiii...aku bergidik ngeri.
“ nah...damai deh..MOU selesai !’’ Lanjutnya.
“ Lha..yang ditandatangani mana? “ aku bertanya lagi
“ emang aku bilang ada yang ditandatangani gitu? Rasanya tadi cuma bilang mo nawarin MOU aja, nggak pake tanda tangan.” Jawabnya Songong
“Oke, guwe pergi kalo gitu! “ Aku sontak berdiri.
“ Ehk..tunggu !” dia menarik tanganku, aku memandanginya sejenak, menyiratkan mimik kecewa dan kesal,  dia tersadar lalu buru-buru meminta maaf
“ maaf.., oke, aku serius, aku mau kita damai, plis..duduk dulu!” pintanya, tiba-tiba sikapnya berubah lebih sopan, membuatku melunak, lalu kembali duduk.
“ Aku, sebenernya menyesal bersikap nggak pantas gini sama cewek, aku dah keterlaluan, dari awal aku salah, harusnya aku nggak menertawakan kamu ditoko buku itu,dan mengirimkan paket tikus itu, sungguh bukan sikap seorang gentleman, makanya, aku memberanikan diri untuk secara langsung menemui kamu, untuk minta maaf !” jelasnya, sungguh aku melihat ketulusan itu dimatanya.
“ oke, aku juga minta maaf, aku emosi banget waktu itu, jadi reflek aja nimpuk kamu ma buku, sorry ya! “ sesalku lirih.
“ Oya..., kenalkan lagi, aku Raka, kamuuu...Nilam.!” Dia menebak
Hahk... dari mana dia tau namaku??
“ Bingung?? Sorry, sejak kejadian di toko buku itu, aku sengaja nguntit kamu buat balas dendam” dia mengaruk-garuk belakang kepalanya kikuk, “gak sulit ternyata buat cari tau siapa kamu.” Lanjutnya sembari tersenyum tipis.
“ oya?” sahutku pelan.
Dia hanya mengangguk saraya menaikkan satu alis tebalnya, Si pelayan datang membawa menu yang kami pesan, dia pergi beberapa saat setelah menyajikan.
“ Sorry..nanti aku bayar sendiri buat take awaynya tadi, hehehehe! “ seruku tersipu,menyadari kekonyolan ecil yang sudah kubuat.
“ hahahhahaa..jadi masih ada dendam ya??? Aku pikir tu perut apa gudang beras..tadi!”
Yap....begitulah..kami mulai melontarkan canda, Raka, seorang dengan selera  humor yang tinggi rupanya, perlahan kami terbawa suasana dalam obrolan yang menyenangkan.
“ Oke, ya..sudah sore nih,aku balik dulu!” kataku, mengakhiri obrolan kami.
“ aku anterin!” Raka menawarkan.
“enggak lah, makasih!”
“ tenang,aku nggak akan nyulik kamu kok, kamu makannya banyak!”
Aku tersenyum kecut menanggapi candaan itu.
“ No...sante aja, aku bisa pulang sendiri, lagian masih mo mampir ketoko!”
‘ oke..deh kalo gitu, asal jangan nimpuk orang lagi ya!” candanya lagi
“ kali ini kalo ada yang kaya kamu lagi,langsung aku makan kayanya,hehehe!”
“weehhhk...turunan sumanto ya mbak,hahahaha!”
“ ehk.. Nil..boleh minta nomer hape kamu?!” todong Raka Tiba-tiba
Oouughh...aku terdiam, berpikir sejenak,lalu...
“ 082778954679 “ oouuhhgghhh...ya elaaah...aku berikan nomerku padanya, nih cowok pake hipnotis kali ya?
Tiing..tingg..ting...ponselku berbunyi, nomor asing memanggil
“ itu nomerku, simpen ya, kalo mo nimpuk orang lagi,aku bantuin !”
“ hahahahhahahahaahhha “ kami tertawa bersamaan
                        Malam harinya, aku sibuk mengerjakan beberapa part halaman Skripsiku, Kejadian sore tadi aku simpan sendiri, aku...aku hanya tidak mau membuat Kak Pandu bertanya-tanya, akhirnya meragukanku dan kami ribut. Karena pada dasarnya memang tak ada apapun yang terjadi selain hanya perdamaian, dan semua selesai, tak ada yang perlu diperpanjang, sampai datang sebuah pesan.
‘’malam mak lampir, lagi ngapain? Nggak lagi ngaduk ramuan buat ngilangin kutil kan?”
Pesan singkat, dari Raka itu membuatku geli dan tanganku tak kuasa menahan untuk membalasnya.
“ malam juga Grandong, tebakan anda tepat, nih lagi bikin ramuan buat ngilangin kutil “
Ahhkk...dan sent.....
 ihk..nazis, cantik-cantik kutilan beneran! “
Balas Raka.
“ Daripada situ, dakinya sekilo. “
SENT...
“ LHO KOK TAU?? WEEE.. Hobi ngintip ya??”
Begitulah seterusnya..candaan konyol mulai mengalir bagai air pegunungan yang sejuk. Dan tidak hanya berhenti malam itu, malam..selanjutnya, pagi, siang,sore dan malam selanjutnya lagi, lagi, dan lagi.
                        Raka mulai mengisi hariku, kini sudah satu purnama sejak perkenalan kami, dia berubah dari sosok menjengkelkan yang kutemui di Toko buku, menjadi sosok yang begitu menyenangkan, setiap candaannya selalu memberiku tawa, mencairkan otot tegangku yang ditekan Skripsi, kami juga sering bertemu dicafe itu, saling bercerita melepas canda dan perlahan dia menjadi seorang teman yang sempurna, hanya saja satu kesalahan fatal yang kubuat, disatu siang yang terik pada pertemuan kami untuk kesekian kalinya, ketika dia bertanya.
“ Kamu punya pacar Nil ? “
“ Kamu ? “ aku balik bertanya
“ Baru putus. “ jawabnya lemas
“ Oya..,kapan? “
“ Dua tahun lalu! “
“ YA elaah itu dah karatan namanya!” sahutku
“ehk..trus gimana kamu dah punya pacar?” ia bertanya kembali.
“ Napa ? mau jadi pacarku ?” godaku
“ Mau. “
Aku hanya terbelalak tak percaya
“Serius??” Tanyaku
“BANGET!” Jawab Raka sambil mengacungkan jar telunjuk dan jari tengahnya.
“ Kamu pikir untuk apa aku melakukan semua ini? Aku nggak pernah merasa setertarik ini sama cewek, selain kamu!” “ dari awal kamu special Nilam, aku..aku suka kamu, aku pengen jadi pacar kamu” lanjut Raka,
Oh Tuhan, seolah waktu terhenti, aku tak percaya, tenggorokannku bagai tercekik, ohkk..suasana seketika  berubah tegang,tanganku dingin,  harusnya dengan mudah aku menjawab, IYA, AKU PUNYA PACAR, tapi...entah kenapa begitu sulit lidahku menyatakannya.
 “Hei Gimana? Kok malah diem? Mau jadi pacarku?? Atau..jangan-jangan kamu sudah punya pacar ? “ desak Raka lagi
“ engg..enggak..!! ENGGAK PUNYA, aku..aku baru putus...iyah..aku juga baru putus,haaaa..!” Astaga..apa yang kulakukan
“ oya..?? “ senyum bahagia terlukis diwajah Raka, “ Ehm...jadi...jadi kita Jadian nich?” Jelasnya lagi
SUMPAH...rasanya ingin terbang keangkasa nggak balik lagi, ohk...Tuhan,apa yang kulakukan..aku sudah benar- benar gila, ini sungguh kekonyolan tidak beradap, Nilam begooo-begoooo...Please wake up kamu punya Kak Pandu yang begitu Hebat, dan setia untukmu..oouurggh..tunggu!! SETIA ?? ehm..jaminankah itu dikala sedang berjauhan, sedang akupun tak tahu apa yang sedang dilakukan Kak Pandu disana ? bagaimana kalo ternyata dia juga...
Aaaarrrggghhhhhh...entahlah..aku tak tahu... yang jelas, lelaki dihadapanku ini begitu manis, mempesona, MENGGODA,
 Raka juga tak kalah indah dengan Kak Pandu, dia..dia bahkan bisa selalu membuatku tersenyum dengan candaannya, Kak Pandu tak bisa serenyah dia dalam bercanda, tapi...Kak Pandu begitu hangat, begitu menyayangiku, tapi...Raka....???bingung..binguuuuung..binguuung???
 jauh didalam hati kecilku, aku menginginkan lelaki ini, kalau aku bilang punya pacar, aku akan kehilangan dia, karena tak mungkin jadi sahabat, dan sungguh, aku tidak mau kehilangan Raka.
Arghhhh..baiklah..aku tahu ini salah, tapi apa salahnya aku mencoba, toh...ini bisa menjadi petualangan yang mengasikkan.
“ iya, kita Pacaran! “ Jawabku lirih.
SIAPAPUN... BUNUHLAH AKU!!!OOOUUUGHHHH...!!!
                        Yah..kami mulai menjalin hubungan asmara terlarang itu, meskipun sedikit membuatku strees..tapi,aku menikmatinya, aku mulai mahir mengatur hatiku, inikah indah mendua??
Semakin hari, Raka juga makin menunjukan perhatian yang tak kalah istimewa dengan perhatian Kak Pandu, Ketika aku lelah, kadang aku memutuskan untuk memilih menentukan hati, tapi..begitu sulit, Keduanya unik, punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, Kak Pandu seorang yang bijaksana, begitu lembut membimbingku, meskipun dia jauh, tapi tak sedikitpun dia mengabaikan perhatiannya padaku, Raka, dia selalu ada disaat yang tepat, mengisi kekosongan Kak Pandu, menawarkan sisi-sisi yang semarak, penuh canda, dan itu membuatku bahagia. Sahabat dekatku mengatakan aku sedang main api, aarrghhhh..tapi aku pun tak kuasa, kini semua sudah terlambat, hubungan itu sudah semakin jauh, antara Aku dan Raka, juga Kak Pandu, aku sudah tidak bisa melepaskan lagi keduanya, aku takut kehilangan keduanya, aku takut..mereka telah mengisi relung hatiku dengan sempurna, begitu cantik, begitu membumbungkanku tinggi kelangit, aku takut sakit ketika jatuh nanti, aku terjerat cinta keduanya.
Tapi..pada akhirnya nanti, aku tetap harus memilih, salah satu dari mereka, tapi itu...Nanti.

“ Ayolah..nanti,aku bisa kenalkan kamu sama keluargaku ! “ Pinta Raka Serius, dia ingin mengajakku keacara ulang tahun pernikahan ayah-ibunya nanti malam.
“ Maafkan aku Rak, tapi..aku bener-benar tidak bisa, lagian aku kan besok persiapan mo sidang Skripsi,aku harus belajar! “ aku menolak permintaan Raka itu, Bagaimana tidak jika Kak Panduku datang Kejakarta pagi ini, dan malam ini Kak Pandu akan membawaku kesatu tempat juga untuk mempertemukanku dengan keluarganya.
 “ Ahk..baiklah, padahal...padahal, aku..aku ingin setalah ini kita melangkah lebih serius lagi Nil, nggak sekedar pacaran! “ seru Raka kecewa.
Eerrghh..kata-kata Raka membuatku hampir mati berdiri, Apa maksudnya lebih serius?? ohk..Ibu Peri..kumohon selamatkan Aku!
“ Maaf, Rak, tapi aku sungguh tidak bisa!“
Maaf Raka, Maaf...!!!
“okey.., kalau itu keputusan kamu, aku nggak bisa memaksa, meskipun aku sangat ingin!” Raka menarik nafas panjang, aku tau dia begitu kecewa, andai saja Tubuhku bisa dibelah dua.
“ Kalau besok bagaimana? “ Tawarku, mencoba tak melewatkan kesempatan berharga, Begitu tak enak rasanya membiarkan Raka kecewa seperti itu
“ Besok ? Besok tidak akan sespecial hari ini Nilam, sudah ya, aku pulang dulu, Mami pasti butuh aku disana!” Pamit Raka mengakhiri pertemuan kami, aku hanya bisa memandangi punggungnya,dia pergi dengan rasa kecewa. Maaf Raka..maaf...andai saja, aku masih berharap tubuhku bisa dibelah dua, tapi...aku sudah terlanjur berjanji dengan Kak Pandu, Tuhan..Kau pasti sedang menghukumku?
                        Kak Pandu sudah tiba, aku memeluknya hangat,aku sungguh merindukannya. Penampilannya banyak berubah, dia jauh lebih dewasa sekarang. Beberapa saat kemudian dia mengulurkan sebuah bingkisan untukku, aku membukanya, sebuah gaun hijau yang indah, dia ingin aku memakainya malam ini. Tak lama aku selesai berbenah diri, aku berdandan secantik mungkin untuk bertemu keluarga Kak Pandu juga malam ini. Aku menarik nafasku dalam, dan terasa sesak ketika terlintas bayangan Raka dibenakku, hatiku begitu sakit, maaf kan aku Raka.
Satu jam kemudian kami sampai disebuah Hotel ternama di Jakarta, kami menuju sebuah Restoran dihotel itu.Aku mulai berkeringat dingin, jantungku berdetak kancang, Kak Pandu mencoba manenangkanku.
“ Nggak papa sayang,sante aja, keluargaku nggak gigit!” godanya Padaku.
Aku tersenyum dengan mimik penuh kepanikan.
“ehmm..Kak, Nilam Ke Toilet dulu deh ya, tunggu ya?! “ Pintaku
Kak Pandu tersenyum seraya mangangguk. Aku bergegas  masuk ketoilet, aku berkaca, merapikan make up-ku, dan mencoba menenangkan diri, setelah cukup yakin aku segera bergegas  keluar toilet, dan..
BRUUUK... seseorang Lelaki menabrakku.
“ NILAM.....??!! “
“ Rak...RAKAAAA !!! “ pekikku, sumpah aku tak percaya dengan apa yang kulihat ini, Raka, ternyata lelaki yang menabrakku tadi Raka.
“ Kok...kamu disini?” Dia bertanya keheranan.
“oouhghh..oouuugh..aku..aada..” jawabku gugup, otakku blank.
“ Nilam..! “ belum selesai aku bicara, Kak Pandu datang menghampiri aku dan Raka yang masih terpatung keheranan saling memandang.
ZEDDEERRRR..nina bobo ohk..nina bobo! Wahai Kapal Titanic tenggelamkanlah daku kedalam samudra bersamamu!
“ Lho..Mas Pandu..??” Seru Raka, menampakkan ekpresi lebih  terkejut melihat kehadiran Kak Pandu disana
“ Raka ?? “ Balas  Kak Pandu kemudian
HAAHHHKK..LHO KOOK??? Aku lemas tercengang, terheran heran, bagaimana bisa mereeka???
“ Kamu dah selesai,Nil ?” tanya Kak Pandu tenang kepadaku.
“ Lho Mas Pandu kenal Nilam ?”  Pekik Raka, keheranan.
“ Iyalah,  Dia Pacar Mas Pandu, yang mo Mas lamar malam ini, lho kamu kenal Nilam toh, Rak?!”
“ Ya Iyalah Mas, dia kan pacar aku, Mas !” lanjut Raka lagi yang sudah  terbelalak kaget mendengar pengakuan Kak Pandu.
“ Appaaaaa?? Pacar kamu, Rak, jangan ngaco kamu, Rak? “
“ Demi Tuhan Mas, dia ini  pacar Raka !”
Keduanya lalu bersamaan menatapku, Hik..hik...!!! Sailormoon datanglaaaaah!!!!
“ NILAAAAAMM ?? “ Seru kedua lelaki dihadapanku geram.
Ya tuhan..kubur aku!!! Kubuur aku Tuhan sekarang juga, kumohon...aku sudah terbakar dalam permainanku sendiri. Setelah malam itu, aku tau baru, mereka ternyata bersaudara. Raka adalah sepupu Kak Pandu.
Kak Pandu dan Keluarganya datang untuk merayakan pesta ulang tahun pernikahan Ayah-Ibu Raka, yang tak lain adalah Paman dan Bibi Kak Pandu, sekaligus pula sebagai moment yang memang  sengaja dipilih Kak Pandu untuk melamarku dihadapan seluruh keluarga besarnya yang sedang berkumpul bersama malam ini.
..Tamatlah riwayatku sekarang....mama...ohk...mamma
                                                            ------Fin--------
Bombastis 11 Juli 2012, 23.15 Wib
Terinspirasi oleh Dinda  ASMAWATI
Mengisi libur Pas Pemilukada Jakarta

                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar